Senjata Tradisional Yogyakarta

Senjata tradisional Yogyakarta

Seperti yang kita ketahui bahwa setiap kota di Indonesia sudah pasti mempunyai senjata tradisional, begitu pun dengan kota pelajar Yogyakarta.

Ya, provinsi Yogyakarta memang terkenal dengan salah satu daerah yang masyarakatnya masih mempertahankan kebudayaan dan tradisi nenek moyang hingga sekarang.

Maka tidak heran jika kalian berkunjung ke daerah Yogyakarta akan melihat sekumpulan orang yang sedang melakukan upacara adat, ataupun menemukan benda pusaka yang masih dijaga seperti; senjata tradisional Yogayakarta, dan masih banyak lagi.

Nah, pada kesempatan ini yang akan dibahas adalah senjata tradisional Yogyakarta. Untuk itu, yuk kita cari tahu apa saja senjata tradisional yang berada di kota ‘pelajar’ tersebut!

Daftar Senjata Tradisional Yogyakarta

Jika sebelumnya telah mempelajari senjata tradisional Jakarta dan Papua, kali ini kita akan membahas mengenai salah satu senjata tradisional Indonesia yang berasal dari “kota pelajar” yaitu Yogyakarta.

Langsung aja.

Senjata tradisional mempunyai peran yang penting dalam kehidupan maupun perjuangan bangsa Indonesia, khusunya masyarakat Jawa.

Dimana yang awalnya senjata tradisional digunakan orang zaman dulu untuk membela diri, menyerang musuh dan berburu.

Seiring perkembangan zaman, fungsi senjata tradisional pun mulai bergeser karena kemunculan senjata modern. Yang terjadi kemudian, masyarakat banyak yang menjadikan senjata tradisional sebagai benda koleksi ataupun pelengkap pakaian adat.


Pada umumnya senjata tradisional dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

1). Senjata tikam diantaranya keris, patrem, wedhung pedang, tombak, canggah, dan sebagainya.
2.) Senjata untuk membela diri adalah tameng.
3). Senjata untuk berburu adalah tulup dan plintheng.
4). Senjata lempar diantaranya badhil, plintheng, tulup, dan bandring


Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan berikut.

Senjata Tradisional Keris Yogyakarta

Keris adalah salah satu senjata tradisional Yogyakarta, senjata ini bermodelkan senjata tikam yang terbuat dari logam.

Perlu kalian ketahui bahwa; Yogyakarta merupakan daerah dengan jumlah keris terbanyak di Indonesia. Mengapa?

Karena di wilayah Yogayakarta sangat banyak sekali empu pembuat jenis senjata tradisional, sehingga tidak heran produktivitas senjata keris tidak pernah berhenti, karena akan dilanjutkan generasi penerusnya.

Ngententa- Godean adalah salah satu daerah di sebelah barat kota Yogyakarta yang menjadi pusat para empu ketika membuat senjata tradisional keris.

Bahan yang digunakan para empu untuk membuat senjata tradisional keris, diantaranya:

  • Nikel 5%
  • Titanium
  • Timbal
  • Besi lebih dari 90%
  • Timah putih

Ditinjau dari bentuknya keris terbagi dua jenis, yaitu:

  1. Keris yang bilahnya lurus
  2. Keris yang bilahnya berkelok-kelok

Keris yang mempunyai kelokan atau luk dapat dibedakan dari jumlah kelokannya. Keris yang terkecil memiliki luk 3 dan yang terbesar memiliki jumlah luk 11 sampai 13.

Bila ada keris yang luknya berjumlah lebih dari 13 disebut keris tidak lazim atau keris kalawija.

Sedangkan panjang bilah keris 35 cm, gonjo 7,5 cm dan pesi 6,5 cm, sehingga ketika dijumlah panjang keseluruhannya lebih dari 40 cm..

Bahan pembuatan pamor keris adalah batu meteor yang dibagi menjadi tiga bahan utama, yaitu:

  • Meteorit yang mengandung besi dan nikel yang ketika dipanaskan akan berwarna kelabu.
  • Siderit yang mengandung besi, ketika dipanaskan akan berwarna hitam maka disebut pamor hitam/pamor ireng.
  • Pamor yang terbentuk secara alami mengikuti lipatan disebut pamor Jwakana dan ada juga yang sengaja dibuat dinamakan pamor Anukarta.

Beberapa pamor dipercaya mempunyai kekuatan magis, antara lain:

  • Pamor udan mas, dipercaya mendatangkan kekayaan.
  • Pamor putri kinurung, dipercaya dapat menghindarkan dari mara bahaya.
  • Pamor panguripan, dipercaya pemiliknya tidak akan mengalami kekurangan dalam mencukupi kebutuhan hidup.
  • Pamor andon lulut, dipercaya dapat menambah kehangatan hubungan suami istri.

Tetapi selain itu ada juga pamor yang dapat membahayakan pemiliknya, antara lain:

  • Pamor buntel mayit, mengandung kekuatan untuk membunuh oran.
  • Pamor kudhung mayit, berwatak hendak mencelakakan si pemakai.
  • Pamor pedhot, menyebabkan pemakai selalu gagal dalam meraih cita-citanya.

Senjata Tradisional Patrem Yogyakarta

Dalam bahasa jawa yang baku, kata patrem dipakai untuk menyebutkan keris dengan bilah versi kecil, bisa berbentuk lurus atau luk.

Patrem bukan hanya digunakan untuk menyebut keris dengan bilah kecil namun ada juga yang menggunakan nama gendik naga, singa atau kikik.

Senjata tradisional ini cukup mudah untuk dikenali yakni dengan mengukur dengan ibu jari.

Bila ada keris yang ukuran panjangnya selebar rentangan ibu jari dan ujung jari kelingking, maka bisa dipastikan itu adalah Patrem.

Kebanyakan patrem pada zaman sekarang ukurannya sekitar 20 cm.

Fungsi patrem sama hal dengan keris yaitu untuk menyerang musuh dalam jarak yang sangat dekat.

Senjata Tombak Yogyakarta

Di Kraton Yogyakarta diketahui ada beragam jenis tombak yang bentuk mata tombaknya bervariasi. Ada yang bercabang 3, ada yang seperti kudi, ada yang seperti cakra, dan ada pula yang berbentuk konvensional.

Diantara tombak pusaka kagungan dalem yang dipandang istimewa adalah Tombak Kangjeng Kyai Ageng Plered.

Tombak ini sudah ada di lingkungan kraton Mataram-Islam sejak pemerintahan Panembahan Senopati.

Jenis Tombak Yogyakarta

Jenis-jenis tombak atau tumbak yang pernah dikenal dalam tradisi Kraton Yogyakarta, diantaranya:


1). Tumbak merupakan senjata panjang yang ujungnya terbuat dari besi/baja tajam, mempunyai panjang lebih kurang 2 meter.
2). Tumbak larakan merupakan senjata panjang lebih kurang 2,5-3 meter, membawanya dilarak
3). Talempak adalah tumbak pendek kurang lebih 1,5 meter
4). Trisula adalah tumbak panjang dengan ujung tajamnya bermata 3
5). Canggah yaitu tumbak panjang kurang lebih 3 meter dengan ujung tajamnya 2 mata lengkung
6). Lawung merupakan tumbak tumpul empuk dan hanya untuk latihan perang.


Senjata Tradisional Pedang Yogyakarta

Senjata tradisional yang juga dipakai oleh masyarakat Jawa, khusunya pada zaman kerajaan adalah pedang.

Bahkan hingga kini, pedang masih dipakai oleh para senopati perang/pimpinan prajurit dalam upacara-upacara tradisional di kraton seperti grebeg, pernikahan putri raja atau penobatan

Senjata Tradisional Wedhung Yogyakarta

Wedhung adalah senjata tradisional berbentuk seperti pisau tetapi ukurannya lebih besar.

Pemakaian wedhung sama dengan keris, akan tetapi jika keris biasanya diselipkan di belakang pinggang, senjata wedhung ini biasannya diselipkan di samping badan atau di muka.

Dalam tradisi Kraton Yogyakarta, wedhung digunakan sebagai senjata senjata ampilan bagi abdi dalem maupun keparak yang berpangkat lurah ke atas.

Senjata Tradisional Canggah Yogyakarta

Canggah

Canggah merupakan senjata tradisional yang memiliki bentuk seperti tombak, perbedaanya senjata ini memiliki 2 mata tombak (Dwisula).

Fungsinya sama dengan tombak, tetapi biasanya mata tombak diarahkan ke leher lawan sehingga dapat berfungsi sebagai penjepit leher lawan.

Senjata ini adalah alat kuno yang terbuat dari besi, bentuknya cukup unik berupa tongkat kayu sepanjang 2 meter dan terdapat besi yang berbentuk lingkaran dipucuknya.

Dulu, canggah bukan merupakan senjata, tetapi alat untuk menangkap, menggiring dan mengamankan pencuri.

Pada zaman dahulu canggah digunakan oleh para santri, masa Sunan Giri saat ada pencuri yang tertangkap. Cara menggunakannya adalah dengan memasukan dan melilitkan besinya ke leher sang pencuri.

Setelah besi terpasang dan terkunci dengan rapat, kemudian pencuri digiring dengan menggerakan tongkat kayunya. Sehingga pencuri tidak bisa bergerak dan melawan para penggiringnya.

Senjata tradisional ini tidak bisa dilepaskan sendiri karena kedua ujungnya diikat dengan rantai besi.

Senjata Tradisional Condroso Yogyakarta

Condroso merupakan senjata tradisional yang berukuran kecil mirip dengan tusuk konde yang di selipkan pada rambut.

Pada zaman dulu condroso banyak dipakai oleh wanita yang bertugas sebagai mata-mata.

Condroso biasanya dipakai oleh wanita sebagai hiasan sanggul dan termasuk jenis senjata tikam yang digunakan ketika lawan dalam keadaan lengah.

Senjata Tradisional Bandhil Yogyakarta

Bandhil atau disebut juga umban pelempar batu merupakan senjata tradisional Yogyakarta.

Senjata tradisional bandhil dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:


1). Bandhil Brubuh, senjata ini digunakan dalam pertempuran jarak dekat, senjata ini berupa rantai besi, dan pelurunya juga dari besi.
2). Bandhil Jauh, senjata ini sama dengan Bandhil Brubuh, namun talinya terbuat dari anyaman serat-serat yang ulet, tetapi pelurunya tetap terbuat dari besi.
3). Bandhil Lepas, senjata ini juga seperti Bandhil Brubuh dan Jauh, hanya saja talinya dari tampar, dan pelurunya dari batu. Bandhil Lepas dapat digunakan baik dalam pertempuran jarak jauh maupun jarak dekat.


Senjata bandhil kerap digunakan dalam perguruan seni beladiri Indonesia yakni perguruan Tapak Suci.

Senjata ini dipakai untuk pertarungan jarak jauh dan untuk melawan beberapa orang yang bersenjata.

Bandhil merupakan senjata yang tingkat kesulitannya cukup tinggi karena membutuhkan koordinasi, gerakan badan yang seimbang, kelenturan tubuh, timing yang tepat serta membutuhkan keberanian yang besar.

Senjata Tradisional Cangkol

Cangkol merupakan tombak dengan bentuk mata mirip seperti kudha trancang. Fungsi cangkol sama halnya dengan canggah, bedanya ditambahkanya pengait yaitu untuk mengait leher lawan.

Pada zaman dulu, cangkol digunakan untuk menangkap perampok, pencuri dan lain-lain.

Senjata Tradisional Yogyakarta Tulup

Tulup merupakan senjata tradisional yogyakarta yang digunakan masyarakat zaman dulu untuk berburu. Senjata tradisional ini terbuat dari bambu kecil dengan ukuran agak panjang.

Cara menggunakan tulup yakni hanya dengan meniup lubang bambu, maka peluru yang terbuat dari tanah liat atau buah kecil akan melesat jauh mengenai sasaran.

Selain Yogyakarta, tulup merupakan senjata tradisional Jawa Tengah dan senjata tradisional Kalimantan Barat.

Senjata Tradisional Plintheng

Plintheng

Plintheng merupakan alat untuk berburu binatang, pegangan plintheng umumnya terbuat dari kayu sedangkan untuk talinya menggunakan sejenis karet (pentil).

Pada umunya masyarakat Indonesia menyebut plintheng dengan sebutan katepel.

SenjataTradisional Yogyakarta Tameng

Tameng merupakan salah satu senjata tradisional yang digunakan para prajurit kesultanan Yogyakarta untuk membela diri.

Pada zaman dulu tameng dipakai prajurit pada waktu perang, ronda dan lain sebagainya.

Tameng mempunyai fungsi yaitu; sebagai perisai tubuh terhadap senjata tajam yang dapat melukai.

Senjata Tradisional Sumatera Utara

Penutup

Demikian yang bisa saya jelaskan mengenai senjata tradisional Yogyakarta, pengetahuan mengenai senjata tradisional sangatlah penting. Karena dengan mempelajarinya kita akan tau seluk beluk hingga teknis penggunaan baik dalam bela diri maupun dalam keseharian masyarakat.

Oleh karena itu, kita seharusnya bangga memiliki tanggung jawab untuk terus menjaga, mempelajari dan mengembangkan warisan budaya Indonesia yang luhur.

Akhir kata, semoga artikel yang saya tulis dapat dipahami dan dapat menjadi referesi bahan bacaan dalam pembelajaran kalian.

Terima kasih.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *